Hadits Musalsal – Syarah Al mandzhumah Al Baiquniyyah

Kamis, 16 Juni 2011

At Ta’liqat Al Atsariyyah ‘ala Al Mandzhumah Al Baiquniyyah adalah salah satu kitab penjelasan (syarah) dari kitab Al Mandzhumah Al Baiquniyyah yang dikarang oleh ulama terkemuka masa kini, Syaikh Ali Hasan Abdul Hamid Al Halaby. Insya Allah kami akan menerjemahkan kitab ini per pembahasan sampai selesai. Sebaiknya antum membaca dulu terjemah kitab Al Mandzhumah Al Baiquniyyah. Semoga Allah memuliakan ummat islam dengan ilmu..



مُسَلْسَلٌ قُلْ مَا عَلَى وَصْفٍ أَتَى * مِثْلُ أَمَا وَاللـهِ أَنْبَانِي الْفَتَـى

Hadits  Musalsal adalah hadits yang dibawakan dengan menyertakan sifat (yang selalu sama) seperti perkataan perawi “Ketahuilah, Demi Allah telah memberitahuku seorang pemuda”

كَـذَاكَ قَـدْ حَدَّثَنِيهِ قَائِمــا * أَوْ بَعْـدَ أَنْ حَدَّثَنِـي تَبَسَّـما

Begitu juga seperti perkataan “Si Fulan Telah bercerita kepadaku sambil berdiri” atau “setelah bercerita kepadaku, ia tersenyum”

Musalsal[1]: Hadits yang para perawi sanadnya bersamaan dari awal hingga akhirnya dalam mengucapkan, atau dalam mencontohkan keadaan atau dalam melakukan perbuatan.

Dalam mengucapkan, seperti masing-masing mereka bersumpah dengan nama Allah ‘Azza wa Jalla.

Dalam mencontohkan keadaan, seperti mernyampaikan hadits sambil berdiri.

Dalam melakukan perbuatan, seperti tersenyum setelah menyampaikan hadits.

Hukum hadits musalsal adalah  diterima apabila memenuhi syarat-syarat untuk diterima.

Ibnu Shalah dalam ‘Ulumul Hadits hal. 249 berkata, “Sedikit sekali hadits musalsal itu yang selamat dari kelemahan, maksud saya, dalam menyifati keadaannya, bukan pada matannya.”

Aku (Syaikh Ali bin Hasan Al Halabiy)  berkata:”Ini adalah peringatan ringan”

Contoh hadits musalsal:

Dari Mu’adz bin Jabal radhiyallahu 'anhu, bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
يَا مُعَاذُ وَاللَّهِ إِنِّي لَأُحِبُّكَ أُوصِيكَ يَا مُعَاذُ لَا تَدَعَنَّ فِي دُبُرِ كُلِّ صَلَاةٍ تَقُولُ اللَّهُمَّ أَعِنِّي عَلَى ذِكْرِكَ وَشُكْرِكَ وَحُسْنِ عِبَادَتِكَ

“Wahai Mu’adz, demi Allah, sesungguhnya aku mencintaimu. Aku berpesan kepadamu wahai Mu’adz, janganlah kamu tinggalkan mengucapkan di akhir setiap shalat, “Allahuumma a’inniy ‘alaa dzikrik wa syukrik wa husni ‘ibaadatik.” (Ya Allah, bantulah aku untuk mengingat-Mu, untuk bersyukur kepada-Mu dan memperbaiki ibadah kepada-Mu)[2].

Aku berkata: Syaikh Abul Faidh Al Fadaniy berkata kepadaku[3]: Sesungguhnya aku mencintaimu, lalu ia berkata, “Telah menceritakan kepadaku beberapa orang syaikh, yaitu Umar bin Hamdan, Muhammad bin Abdul Baqi Al Laknawi,…dst, dan masing-masingnya berkata kepadaku, “Sesungguhnya aku mencintaimu.” Begitupula setiap perawi berkata:”Telah berkata kepadaku si fulan, dan ia berkata kepadaku:”Sesungguhnya aku mencintaimu”… sampai kepada akhirnya.


[1] Lihat Ulumul Hadits (hal. 248), At Tadrib (II/187), Ar Risalah Al Mustatharifah (hal. 61) dan banyak lagi karangan ulama yang membahas masalah hadits musalsal

[2] HR. Ahmad (V/247), Nasa’i (3/53), Abu Dawud (1522) dan Ibnu Khuzaimah (751) dengan sanad yang shahih.

[3] Ketika aku mengunjungi rumah beliau di Makkah Al Mukarramah tanggal 18/5/1406 H. Syaikh Al Fadaniy menyampaikan beberapa hadits musalsal kepadaku. Kemudian ia memberiku beberapa riwayat yang beliau –semoga Allah menrahmati dan mengampuni beliau- miliki. Lihat risalah yang beliau buat, Waraqat fi Majmu’atil Musalsalat (hal. 7)

0 Comments: